Cari

Minggu, 30 Juni 2013

Diantara Rumah Sakit, Pasien, dan Lingkungan



Entah kenapa setiap saya pergi ke rumah sakit, saya selalu mendapatkan wajah-wajah yang hilang akan harapan. Baik para pasien maupun keluarga pasien nampak seperti tanpa semangat bahkan terkadang nampak seperti putus asa. Bukankah seharusnya rumah sakit adalah tempat untuk mencari sepercik harapan? Harapan untuk sembuh, atau harapan untuk bisa memperbaiki diri di sisa waktu yang ada.

Citra rumah sakit saat ini adalah tempat yang menakutkan. Citra tersebut tak jarang memberikan pengaruh buruk pada mental pasien. Kadang saya berpikir, apa justru tempat ini yang membuat para pasien itu bertambah sakit? Mungkin kita lupa, kesembuhan itu bukan perkara minum obat saja tapi juga perkara isi hati. Saya percaya hati yang gembira akan mempercepat kesembuhan.

Rumah sakit konvensional tak lebih dari kumpulan ruang-ruang putih yang berbau cairan antiseptik. Sepi dan terkesan tidak ada interaksi. Fasilitas yang ada terkadang kurang memadai, baik fasilitas infrastrukstur maupun kesehatan. Ditambah lagi kekurang-ramahan dari para petugas rumah sakit, membuat tempat ini tak bisa memberikan rasa nyaman bagi penggunanya.

Perlu adanya perubahan. Perubahan dari desain arsitektur maupun sistem pengelolaannya. Rumah sakit bukan lagi tempat mengumpulkan orang-orang sakit, tapi bisa menjadi tempat yang memberi rasa nyaman dan aman bagi mereka yang ingin mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik.

Rumah sakit itu perlu memiliki ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau ini dapat memberikan energi positif bagi pasien. Karena selain memberikan udara yang segar dan pemandangan yang indah, dengan adanya ruang terbuka maka akan tumbuh interaksi sosial. Interaksi tersebut bisa interaksi antarpasien, pasien dan keluarganya, atau antarkeluarga-pasien. Interaksi yang terjalin dapat membangun kebersamaan. Baik pasien maupun keluarga merasa memiliki teman, teman seperjuangan. Timbulnya rasa bahwa ada yang senasib dengan mereka, membuat mereka akan jauh lebih semangat, jauh lebih hidup.

Ruang terbuka hijau dalam rumah sakitpun dapat berfungsi sebagai arena bagi anak-anak atau para pengunjung untuk bermain. Sehingga dapat mengurangi citra rumah sakit sebagai tempat yang menakutkan bagi beberapa orang, terutama anak-anak. Hal ini juga membantu para orangtua apabila mereka harus memeriksakan kesehatan anak mereka di rumah sakit. Selain itu, pada ruang ini dapat diberi akses untuk berolahraga, seperti jogging, sehingga baik para pasien ataupun keluarganya dapat berolahraga ringan setiap pagi atau sore hari. Pada intinya ruang terbuka hijau dapat meningkatkan indeks kebahagian yang ada di rumah sakit.

Penerapan green building juga sebaiknya diterapkan di rumah sakit. Rumah sakit sebaiknya telah mengurangi penggunaan lampu dan juga AC. Sebaiknya pengaturan pencahayaan diatur sedekimian rupa agar cahaya yang masuk dalam rumah sakit dapat bersumber dari matahari. Penerapan lampu bertenaga suryapun dapat diterapkan. Mungkin dapat diterapkan pula desain rumah botol yang diterapkan oleh Ridwan Kamil, arsitek Indonesia, yaitu menggunakan botol bekas sebagai pangganti kaca, sehingga kita dapat tetap mengambil cahaya namun panas yang diberikan oleh sinar matahari tertahan oleh botol tersebut. Selain sistem pencahayaan, penggunaan pendingin ruanganpun sebaiknya dikurangi. Memperbaiki sistem ventilasi seharusnya bisa menjadi solusi dalam mengurai masalah panas. Selain ventilasi, dapat juga diterapkan greenroof atau membuat taman di atap. Hal ini juga dapat mengurangi panas yang masuk dalam gedung tersebut.

Usaha penghematan air pun menjadi hal yang harus diperhatikan oleh rumah sakit. Rumah sakit sebaiknya mampu untuk mengolah air kotor untuk dapat dipakai kembali. Hasil dari air olahan tersebut dapat digunakan sebagai air untuk menyiram taman dan mencuci kendaraan. Selain itu, rumah sakit dapat menerapkan sistem pengelolaan air hujan. Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah negara tropis yang memiliki curah hujan tinggi, untuk itu rumah sakit dapat memanfaatkan air hujan sebagai salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan.

Selain air, rumah sakit sebaiknya memiliki program pengolahan sampah terpadu. Salah satu fungsinya adalah menggunakan sampah yang memudah membusuk untuk dapat dijadikan kompos. Sehingga pupuk yang dibutuhkan oleh taman yang ada di rumah sakit dapat diambil dari kompos hasil pengelolaan sampah terpadu.

Konsep diataslah yang melahirkan green hospital, sebuah usaha yang diberikan oleh rumah sakit bagi lingkungan. Karena dengan memperhatikan lingkungan, kebersihan dan kenyamanan akan terbentuk. Hal tersebut dapat memberi energi positif bagi pasien. Energi positif itulah yang mampu mempercepat proses penyembuhan.

Untuk menerapkan green hospital memang tidak mudah, perlu usaha. Hal inilah yang dapat kita lakukan, yaitu memberi dukungan. Dukungan agar semua rumah sakit Indonesia menggunakan konsep green hospital. Seperti yang telah dilakukan oleh RSUD Daya Makassar.

Saya sepenuhnya yakin konsep ini dapat diterapkan dan memberi manfaat bagi para pengguna rumah sakit. Dan yang lebih penting adalah semoga rumah sakit bukan menjadi fasilitas kesehatan bagi segelintir orang saja, tapi untuk semua.

1 komentar:

  1. Saatnya image tempat perawatan dan penyembuhan yang dingin, kaku, seram, dan berkurangnya harapan dirubah menjadi penuh kehangatan, ramah, bersahabat, dan optimis. Sudah banyak rumah sakit yang baik dan memulainya dengan memiliki standar ISO. Ide tentang green hospital menurut hemat kami sudah saatnya secara bertahap menuju kesana. Perlu waktu, komitmen, dan kesungguhan semua stakeholders untuk mewujudkannya. Salam cemerlang.

    BalasHapus